“Akulah abu-abu..” Ketika warna menjadi keindahan bagi mereka. Malam ini, kegelisahanku mengental dalam darah, merasuki kesetiap rongga-rongga tubuh dan memperlambat otak bekerja dalam menginstruksikan langkah kaki. Teruslah lukai aku sampai kegelisahan dalam darah keluar dan habis perlahan, sehingga tergantikan oleh produksi darah-darah baru. “Akulah abu-abu..” Diantara fanatisme putih dan ekstrimisme hitam. Malam semakin larut, semesta bertransformasi. kutemui kabut menebar imajinasi, kupacu detak jantung dan kurasakan irama detaknya. Kucoba fokuskan diri dalam melawan gravitasi. kubentangkan sayap dan perlahan terbang mengudara, senyumku tersadar aku hanya merayap dalam gelap. Organ-organ seakan tak siaga dan hilang kendali. Aku terlelap tanpa ucapan indah sampai esok hari. “Akulah abu-abu..” Saat kontras dan pencerahan menjadi kunci pertunjukan. Aku merasa hidupku tidak hanya sekali, tapi hidupku berkali-kali setiap hari, setiapku membuka mata pada ...