Di
dalam Al-qur’an dikatakan bahwa Allah menciptakan alam dan segala isinya untuk
kepentingan manusia. Pernyataan ini berarti bahwa diantara segenap ciptaan-Nya,
manusia adalah makhluk yang dimanjakan dan paling dilebihkan daripada ciptaan-Nya
yang lain. Ini mempunyai konsekwensi, yang semuanya berkisar pada masalah
bagaimana manusia akan mengelola alam dan segenap isinya untuk kepentingan itu.
Manusia
merupakan bagian dari alam dan berkewajiban mengusahakan begiturupa agar
hubungan yang sudah ada diantara keduanya tetap berlangsung dalam suasana
tertib, tentram, seimbang dan sebagainya.
Omong
kosong jika ada yang mengatakan “telah menaklukan alam”. Alam yang demikian
ramah, demikan kasih sayang, alam yang telah diciptakan Allah untuk kepentingan
umatnya. Patutkah ditaklukan????
Menurut
saya, alam tidak pernah menentang manusia. Alam tidak pernah berposisi dengan
manusia. Alam dapat berkembang tanpa manusia, tetapi mungkinkah sebaliknya?
Sebenernya ketika seseorang berhasil mencapai puncak gunung, menerjang
gelombang, melintasi padang pasir, menembus rimba atau menerobos goa, ia
samasekali tidak menaklukan alam.
Sebenarnya dia hanya berhasil menaklukan kelemahannya sendiri baik
kelemahan jasmani maupun kelemahan rohani.
“Penakluk”
itupun akan berhasil jika manusia behasil menyeimbangkan kedua aspek dirinya
itu. Keseimbangan jasmani dan keseimbangan rohani itulah yang menyebabkannya
berhasil mencapai puncak gunung dan sebagainya itu. Jadi sama sekali bukan
menaklukan alam!
Bukankah
kita sadar bahwa alam bukan musuh kita? Bukankah kita sadar bahwa kita adalah
bagian dari alam? Jika kita tega menaklukan alam, apakah itu tidak berarti kita
merusak keseimbangan lingkungan tempat kita menyatakan diri.
Nah,
secara garis besar, inilah yang saya ingin katakan. Sebagai manusia yang
diangkat sebagai wali atau wakil-Nya dimuka bumi, tugas kita bukan menaklukan
alam tempat kita hidup, Melainkan untuk mengakrabinya. Kita berusaha agar alam
menjadi sahabat, yang suatu ketika dapat kita jadikan untuk mengadu atau
bertanya. Tidak berlebihan jika Ebiet melontarkan keluhannya pada rumput yang
bergoyang.
Oleh : Mang Ayat (M 084 UI)
Komentar
Posting Komentar