Langsung ke konten utama

LINTAS BUDAYA


makan siang di cibuleger
Saya mengenal orang Baduy berawal dari Sekretariat UKM Pecinta Alam di suatu Universitas swasta di Jakarta. Kebetulan hampir sebulan dua kali, bahkan lebih orang-orang Baduy itu sering singgah di sekretariat untuk menginap. Tujuan perjalanan mereka di Jakarta adalah untuk menjual hasil kerajinan dan kekayaan alam daerahnya, seperti; kerajinan tas, kalung, kain, baju, madu hutan, gelang, batik dll. Semacam mengejar konsumen di kota ini, mereka rutin ke kota ini dan kebetulan saya sering menemani mereka bila singgah dan menginap.

santai bareng di sekretariat
Awal pertemuan dengan orang Baduy memang terlihat sangat aneh dan mungkin sedikit ada rasa takut dan mistis, tapi itulah tampilan mereka yang khas memakai ikat kepala putih, baju dan celana yang berganti hanya warna hitam atau putih serta tas mereka yang terbuat dari bahan, berjalan menelusuri tujuan dengan berjalan kaki tanpa alas kaki. Bila dibandingi dengan kebiasaan masyarakat kota, mereka sangat tidak wajar sekali. Mereka masih sangat memegang teguh peraturan adat sehingga mereka pun tidak terlarut pada kemajuan jaman. Setelah cukup lama mengenal dan memahami mereka, sesuatu hal yang saya dapat adalah mereka sangat ramah, tepat janji, santun, sangat teramat sopan, dan juga sangat menghormati kita. Itu salah satu yang membuat saya tertarik memahami kehidupan mereka memang menurut saya cukup unik di era globalisasi ini.

Ada salah satu orang Baduy dalam yang sangat akrab dengan saya, dia bernama Sapri. Diawal perkenalan saya dengan Sapri, beliau adalah suku pedalaman Baduy namun karena ada suatu hal yang menimpa dirinya, beliaupun dipindahkan ke suku Baduy luar. Sapri ini sangat rutin ke Jakarta, mungkin karena bisnisnya yang menurut saya cukup diminati serta juga mempunyai banyak pelangggan. Khususnya produk madu hutan asli baduy yang terbilang sangat banyak peminat dari kalangan orang dewasa, karena keasliannya dan juga terbilang masih murah bila dibandingkan dengan madu-madu yang ber-merk dipasaran.

Madu Baduy (di sekretariat)


Mungkin dua tahun perkenalan saya dengan orang Baduy yang sering singgah dijakarta, membuat saya ingin sekali berkunjung ke daerah mereka. Sampai-sampai orang-orang Baduy yang sering singgah meminta saya untuk datang ke daerah mereka. Dengan aktivitas saya disini sebagai mahasiswa yang juga ikut bergelut dengan organisasi harus menunggu waktu luang untuk bisa berkunjung ke daerah mereka.

Kira-kira enam bulan kemudian setelah saya janji akan berkunjung kesana, saya baru bisa melaksanakan janji itu. Saya janjian dengan orang Baduy (bernama Jul) tanggal 5 juli sampai sana, tapi ngaret sehari yaitu tanggal 6 juli. Yang saya tidak duga adalaha dampak dari ngaretnya saya itu, mereka telah menunggu saya dari tanggal 5 juli dan rela menginap sehari dipinggir jalan menunggu kedatangan saya. Malu rasanya kepada mereka, mereka sangat tepat waktu walaupun tidak punya kalender ataupun jam tangan. Dan saya mempunyai itu semua, bahkan saya menaiki kendaraan kemana-mana sementara mereka jalan kaki. Ya.. itu suatu pelajaran untuk saya yang harus menepati janji dan tepat waktu pula.. salute!



Trip Baduy


Cibuleger
Akhirnya janji saya terbayar untuk bisa berkunjung ke pedalaman Baduy dengan di temani Alwan (Jabuy) dan Zakaria (Jek). Dia berdua adalah teman seperjuangan saya menuntut ilmu dikampus, sahabat saya seperjuangan dikampus, tapi dalam organisasi mereka adalah calon keluarga saya yang masih menyandang status Anggota Muda yang katanya “Insya Allah” abis lebaran dia akan dilantik resmi menjadi Anggota Penuh bila memang dia menjalankan komitmennya, hehehe.. semangat om!!! 






transportasi Aweh - Cibuleger
Bermalam dan start pagi dari rumah Jek karena dekat dengan stasiun Depok Baru lalu ke Tanah Abang naik kereta. Ditanah abang lanjut naek kereta lagi tujuan Rangkas Bitung. Kereta ekonomi sangat murah tapi dianjurkan naik kereta ekspres saja. Perbedaan waktu, fasilitas dan bahaya yang lainnya sangat terasa antara kereta ekonomi dengan kereta ekspres. Sampai stasiun Rangkas, bergegas naik angkot kecil berwarna merah,, 10-15 menit sampai di Terminal Aweh. Dari situ dilanjutkan naik minibus tujuan Cibuleger. Di minibus inilah baru terasa daerahnya. Dikarenakan kuantitas alat transportasi yang kurang dan jarak tempuh yang cukup jauh serta waktu beroprasi bus tersebut terbilang singkat, maka minibus ini selalu penuh penumpang. Sampai-sampai penumpang duduk di atap bus mini ini untuk menempuh kira-kira 2 jam perjalanan sampai tujuan. Itu juga merupakan suatu potret perbandingan alat transportasi di daerah dengan di kota yang terbilang sangat jauh berbeda.

perkampungan Baduy Luar
Cibuleger adalah suatu daerah tempat orang suku Baduy luar tinggal dan juga sebagai perbatasan antara dunia modern dan tradisional. Untuk bisa menuju ke pedalaman Baduy, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki untuk melewati hutan-hutan. Ya .. kata orang -orang Baduy sih dari cibuleger sampai pedalaman hanya memerlukan waktu 1 jam saja tapi kenyataannya kita orang kota bisa menghabiskan waktu 2-4 jam perjalanan. Gokil banget! Kontras banget kaki mereka dengan kaki kita hahahaha.. edan pokoknya!


pemandangan dari atas bukit

Perjalanan menaiki dan menuruni bukit, danau, lembah, puncak punggungan, menelusuri sungai, memotong sungai pula. Medan yang licin, berbatu, tanah basah, lembab dan suara-suara hewan dan serangga hutan serta air sungai yang mengalir terdengar terus mengiringi saya sepanjang jalan. Pokoknya khas banget. Gila abis, tanjakan tinggi ga abis-abis dan butuh tenaga lebih dibawah terik matahari, dijejalin turunan tajam yang licin, terkadang sampai kita bisa jatuh guling-guling hahaha.. perjuangan masbro.. untungnya punya basic jalan-jalan naik gunung juga, jadi cukup terbiasa hehe,,, ya ga usah pake basic juga masih bisa asalkan stamina dan fisik prima.. dan jangan minum yang rasa-rasa hahaha #iklan.. hajar terusssshhh!!!

track jalur ke Baduy


Sampai tujuan kita akan merasakan suasana yang sangat nyaman, sejuk, ramah, rukun, damai dan juga teramat asing hahaha.. daerahnya itu di lembah, rumah tersusun dan tertata rapih seperti perumahan dikomplek, tapi bedanya bahan bangunan rumah yang ada disana, semuanya terbuat dari alam dan tidak ada nomer rumah sehingga kita akan mudah kesasar karena arsitektur yang mirip antar rumah. Sayangnya saya tidak bisa mengambil dokumentasi di daerah tersebut karena banyak peraturan yang harus kita pahami dan hormati.

Danau di Baduy


Saya bermalam dirumah Jul (orang Baduy dalam) yang juga sering singgah disekret. Sarapan, makan siang, dan malam selalu mereka hidangkan tepat waktu. Mereka sangat menghormati tamu. Bagi mereka, tamu adalah raja. Tapi kita sebagai tamu tidak boleh menjadi raja yang seenaknya. Posisikan diri kita sebagai mayat, yang terima dan menolak saja apa yang mereka tawarkan, jangan meminta dan bertindak macam-macam dan harus selalu menghargai peraturan yang ada disana.


Jembatan batas dokumentasi


Ketika kita berada disana, kita akan merasakan seperti hidup dikehidupan seribu tahun lalu. Ya sangat alami; dari mulai peralatan, perlengkapan, sifat, kebiasaan, suasana dll. Malam disana adalah malam terang bulan dengan api-api kecil yang menjadi pembantu tambahan cahaya tidak ada lampu ataupun aliran listrik. Udara yang dingin menusuk-nusuk tubuh sepanjang malam dan diiringi suara-suara serangga hutan yang tak hentinya bernyanyi sepanjang malam. Rasanya saya tidak ingin melewatkan malam disana. Beda sekali suasana yang saya rasakan, ditemani kopi hangat dan cemilan yang terbawa sayapun berbincang dengan salah seorang Baduy yang menemani dimalam itu. Saya keluarkan semua tanda tanya dan rasa ingin tau yang ada dipikiran saya untuk memuaskan rasa ingin tau saya akan kehidapan masyarakat Baduy. Perbincangan itu berlanjut sampai cahaya matahari menjelang....


KEHIDUPAN SUKU ASLI PEDALAMAN BADUY


“Panjang jangan dipotong, pendek jangan disambung” pepatah Baduy yang jelas menggambarkan bahwa mereka hidup dengan apa adanya. Mereka teguh dengan peraturan adatnya, serta menutup diri atas perkembangan zaman yang semakin modern ini.

v  Keseharian

Bahasa sehari-hari adalah bahasa Sunda. Alat tukarnya adalah uang, dan juga masih banyak yang melakukan sistem barter. Aktivitas yang mereka lakukan adalah berladang, berkebun, menganyam, beternak.. mayoritas mereka memelihara ayam dan ada beberapa yang memelihara anjing. Mereka selalu memakai baju dan celana/kain yang hanya berwarna hitam atau putih. Lilitan bahan di kepala wajib berwarna putih karena melambangkan pikiran yang putih. Tidak boleh memakai alas kaki, tidak memakai sabun waktu mencuci badan maupun peralatan. Tidak boleh menaiki kendaraan. Tidak boleh memiliki Handphone. Bagunan rumah Baduy semua berasal dari alam, dan tidak boleh memamakai paku.

Tidak ada toilet didalam rumah, jadi harus pergi ke sumber air/ sungai bila ingin melakukan aktivitas yang memerlukan air. Kenapa tidak ada toilet didalam rumah? Karena bagi mereka, buang kotoran itu sebaiknya tidak didalam rumah.. dan rumah disana adalah rumah panggung, kira-kira 30-50cm diatas tanah. Atap dari anyaman daun kering, dinding dari bilik bambu, pondasi dan kerangka dari kayu. Kira-kira atap dan dinding kuat sampai 4-8 tahun, dan kerangka dari kayu akan kuat berpuluh-puluh tahun.

Aktivitas anak-anak Baduy adalah mengikuti orang tuanya berladang, menganyam, atau berburu. Dikarenakan itu adalah salah satu kemampuan yang diturunkan untuk bertahan hidup dimasa dewasa nanti bagi anak-anak Baduy.

Bagi pendatang yang berkunjung ke Baduy, ada peraturan daerah Baduy yang membatasi kunjungannya yaitu; pendatang hanya boleh menginap dan singgah tidak lebih dari dua hari dua malam.

v  Pendidikan

Tidak ada sekolah atau guru disana, jadi keahlian yang mereka miliki seperti ada yang menjadi dukun beranak, ada yang bisa mengobati dll itu ilmunya berasal dari orang tua mereka yang diajarkan secara turun temurun. Sudah banyak pula orang Baduy yang bisa membaca tulisan atau hitungan, itu diajarkan oleh teman-temannya melalui media kalender yang ada tulisan dan angka, serta karung beras. Saya tidak menemukan kertas dan pensil disana.

Masyarakat Baduy pedalaman tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan sekolah diluar, karena bagi mereka bila ada yang mengenyam pendidikan sekolah diluar akan menumbuhkan sifat modernisasi yang ada diluar. Oke, lepas dari pendidikan diluar, orang-orang Baduy juga sudah banyak yang pandai berhitung serta pintar dalam berdagang.

v  Ritual

Acara Kawalu (seperti Lebaran pada orang islam), biasanya dalam acara tersebut terdapat pesta masak-masak hasil hutan bersama-sama, sarta doa-doa yang diwakili oleh tokoh masyarakat setempat. Acara tersebut berlangsung satu kali disetiap bulan, selama 3 bulan. Dan selama 3 bulan tersebut, pendatang (selain Orang Baduy luar) tidak diperbolehkan untuk berkunjung ke daerah Baduy pedalaman. Ada puasanya juga dari jam 6 pagi sampai jam 4 sore. Pas ditanya emang tau kapan jam 6 kapan jam 4, kan di Baduy tidak ada jam? Orang Baduy nya malah tertawa, ya di kira-kira aja dari melihat matahari. Begitu jawabnya.. hahaha mantap pokoknya.

Ada juga acara kematian, katanya hampir sama dengan kita.. memakai kain kafan juga. Anak-anak kuburannya rata-rata sepaha sampai dengkul orang dewasa, dan orang dewasa rata-rata sepaha sampai sepinggang orang dewasa. Agar kuburan tidak digali oleh hewan-hewan dihutan, maka kuburan baru akan dipagari dengan bambu. Yang memimpin acara kematian dalam budaya Baduy disebut “Penghulu”.

v  Sosial

Kerukunan dan gotong royong masyarakat Baduy masih sangat kental.. biasanya dalam kegiatan membangun/memperbaiki jembatan, membersihkan jalan-jalan, membangun rumah salah seorang masyarakatnya dan pekerjaan lainnya. semua kegiatan yang dilakukan selalu atas intruksi dari JARO (sebutan ketua adat atau kepala kampung di Baduy).

Rasa kepedulian antar masyarakat disana masih sangat terjaga, dikarenakan mereka masih terikat satu keluarga. Orang Baduy dalam hanya menikah dengan orang Baduy dalam saja,. Jadi dalam satu kampung itu bisa dibilang satu keluarga besar, wuihhhh,,,

v  Ekonomi

Menjual hasil ladang dan perkebunan yaitu pisang, duren, jambu, dll. (padi untuk konsumsi sendiri). Penjualan hasil anyaman yaitu tas, kain, kalung, gelang dll. transaksi dilakukan memakai uang. Disana juga masih berlangsung sistem barter.

aktivitas tenun kain


v  Budaya

Tidak ada tarian, hanya alat musik yang khas yaitu angklung, kecapi, suling/kumbang. Budaya gotong royong dan kerjasama, dan selalu memakai hasil alam dalam aktivitas sehari-harinya.

v  Mata Pencaharian

Bertani, beternak, menganyam, berburu dihutan, berdagang

v  Politik

Semua keputusan dan peraturan daerah ada ditangan Jaro (kepala suku atau kepala kampung). Segala masalah yang terjadi juga akan di sidang atau dimusyawarahkan dan hasil akhir, hukuman, sangsi, semua ada di tangan Jaro. Tidak ada pemilihan ketua adat, semua jabatan di daerah Baduy hanya jatuh turun temurun di dalam keluarga. Semua peraturan yang ada berdasarkan peraturan adat.

v  Pernikahan

Orang Baduy Dalam hanya boleh menikah dengan masyarakat Baduy Dalam saja, jika menikah dengan orang luar, maka orang Baduy tersebut akan dikeluarkan dari Baduy Dalam. Masih banyak anak yang dijodohkan oleh orang tuanya.

Anak laki-laki Baduy yang akan menikah, mereka diwajibkan membuka lahan untuk bercocok tamam, yang berguna sebagai sumber penghasilan dan penghidupan keluarganya nanti. Dalam mencari lahan, biasanya dia akan membuka lahan perkebunan/persawahan dihutan yang belum dipunyai oleh orang lain.




Baduy pedalaman: adalah orang yang masih memegang teguh peraturan adatnya yang menutup diri atas kemajuan zaman, sehingga mereka terlihat sangat tradisional. Mereka tinggal didalam hutan suku Baduy pedalaman.

Baduy Luar: adalah orang Baduy yang sudah sedikit modern, modern dalam arti mereka sudah membuka diri atas kemajuan zaman. Contohnya mereka sudah memakai handphone dan memakai pakaian berbagai warna dll. mereka tinggal di luar hutan, daerah Cibuleger.

Perbedaan kontras antara Baduy luar dan Baduy dalam adalah dari penampilan. Baduy dalam selalu memakai ikatan/lilitan dikepala yang berwarna putih, dan Baduy luar bisanya memakai ikatan/lilitan kepala yang sudah berwarna selain putih. Dan juga Baduy luar sering memakai baju biasa yang warna warni selain hitam atau putih.

Informasi yang saya tulis berdasarkan apa yang saya dapat dari keterangan yang diberikan beberapa orang Baduy dalam, yang berhasil saya tanyakan. Dan thanks to : Zakaria (Jek) dan Alwan (Jabuy) yang bersedia menemani saya membayar janji untuk bisa berkunjung kesana. Cheeerrss! Dan juga thanks kepada teman-teman Baduy yang sangat wellcome saat kunjungan kemaren. Gokil!!!

Alwan (kanan)

Zakaria (kanan)



@endaybirds

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STUDI KASUS AXEON N.V

STUDI KASUS AXEON N.V : PENGENDALIAN TINDAKAN, PERSONEL DAN BUDAYA Makalah yang disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sistem Perencanaan dan Penegendalian Manajemen Semester VII/2014 Disusun Oleh: Ade Martika Sari        11121026 Ikrom F.I                     11121070 Luthvika                      12121033 Jurusan Akuntansi  UNIVERSITAS TIR L OGI JAKARTA 2014 KATA PENGANTAR             Puji syukur Penulis  ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-Nya yang telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini tentang kasus Axeon N.V ; Pengendalian Tindakan, Personel dan Budaya sebagai syarat pemenuhan nilai pada mata kuliah Sistem Perencanaan dan Penegendalian Manajemen Jurusan Akuntansi Universitas Trilogi. Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan kritik yang bersif

DUA RIBU SEBELAS

Universitas Trilogi d/h STEKPI, 2011 Apa yang dapat menjadikan ribuan pasir menjadi suatu benda yang indah? dan dapat memperindah segalanya? Karena memang tidak mudah menggabungkan ribuan pasir menjadi fragmen-fragmen indah kehidupan. Terlebih karena ‘kebermaknaan’ adalah harga mati dari segala prosesnya. Bisakah kau bayangkan, fragmen-fragmen tersebut adalah ratusan orang yang berasal dari berbagai wilayah dan ideologi yang berbeda, yang kemudian melebur menjadi satu untuk membuat sebuah harmonisasi kehidupan demi mencapai satu kesatuan yang utuh. Lucu rasanya mengingat memori-memori itu. Saat dimana kita canggung berkenalan, tuk berusaha menarik perhatian lawan bicara, memutar otak untuk menghasilkan omongan yang bersahabat. Hingga masing-masing dari kita mengenal satu sama lain. Apa yang membuat seseorang menjadi sangat berarti? Patut disanjung dan layak untuk dikenang? Karena ditempat ini aku menyadari setiap makna akan selalu lahir bersama apapun yang a

STUDI KASUS PUENTE HILLS TOYOTA

Makalah Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen Semester VII /201 4 Disusun oleh (Kelompok 2 ) : Ikrom F.I                           (111210 70 ) Ade Martika Sari              (111210 26 ) Luthvika                            ( 12121033 ) JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS TRILOGI JAKARTA 201 4 KATA PENGANTAR             Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.             Makalah tentang “Kasus 2 PUENTE HILLS TOYOTA ” ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen dan diharapkan melalui makalah ini, kami dapat menambah wawasan mengenai Strategi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.             Kami mengucapkan terima kasih kepada L ely Dahlia, SE., M. Ak, selaku dosen Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen kami ya