makan siang di cibuleger |
santai bareng di sekretariat |
Ada
salah satu orang Baduy dalam yang sangat akrab dengan saya, dia bernama Sapri.
Diawal perkenalan saya dengan Sapri, beliau adalah suku pedalaman Baduy namun
karena ada suatu hal yang menimpa dirinya, beliaupun dipindahkan ke suku Baduy
luar. Sapri ini sangat rutin ke Jakarta, mungkin karena bisnisnya yang menurut
saya cukup diminati serta juga mempunyai banyak pelangggan. Khususnya produk
madu hutan asli baduy yang terbilang sangat banyak peminat dari kalangan orang
dewasa, karena keasliannya dan juga terbilang masih murah bila dibandingkan
dengan madu-madu yang ber-merk dipasaran.
Madu Baduy (di sekretariat) |
Mungkin
dua tahun perkenalan saya dengan orang Baduy yang sering singgah dijakarta,
membuat saya ingin sekali berkunjung ke daerah mereka. Sampai-sampai
orang-orang Baduy yang sering singgah meminta saya untuk datang ke daerah
mereka. Dengan aktivitas saya disini sebagai mahasiswa yang juga ikut bergelut
dengan organisasi harus menunggu waktu luang untuk bisa berkunjung ke daerah
mereka.
Kira-kira
enam bulan kemudian setelah saya janji akan berkunjung kesana, saya baru bisa
melaksanakan janji itu. Saya janjian dengan orang Baduy (bernama Jul) tanggal 5
juli sampai sana, tapi ngaret sehari yaitu tanggal 6 juli. Yang saya tidak duga
adalaha dampak dari ngaretnya saya itu, mereka telah menunggu saya dari tanggal
5 juli dan rela menginap sehari dipinggir jalan menunggu kedatangan saya. Malu
rasanya kepada mereka, mereka sangat tepat waktu walaupun tidak punya kalender
ataupun jam tangan. Dan saya mempunyai itu semua, bahkan saya menaiki kendaraan
kemana-mana sementara mereka jalan kaki. Ya.. itu suatu pelajaran untuk saya
yang harus menepati janji dan tepat waktu pula.. salute!
Trip
Baduy
Cibuleger |
transportasi Aweh - Cibuleger |
perkampungan Baduy Luar |
Perjalanan
menaiki dan menuruni bukit, danau, lembah, puncak punggungan, menelusuri sungai,
memotong sungai pula. Medan yang licin, berbatu, tanah basah, lembab dan
suara-suara hewan dan serangga hutan serta air sungai yang mengalir terdengar
terus mengiringi saya sepanjang jalan. Pokoknya khas banget. Gila abis,
tanjakan tinggi ga abis-abis dan butuh tenaga lebih dibawah terik matahari,
dijejalin turunan tajam yang licin, terkadang sampai kita bisa jatuh
guling-guling hahaha.. perjuangan masbro.. untungnya punya basic jalan-jalan
naik gunung juga, jadi cukup terbiasa hehe,,, ya ga usah pake basic juga masih
bisa asalkan stamina dan fisik prima.. dan jangan minum yang rasa-rasa hahaha
#iklan.. hajar terusssshhh!!!
Sampai
tujuan kita akan merasakan suasana yang sangat nyaman, sejuk, ramah, rukun,
damai dan juga teramat asing hahaha.. daerahnya itu di lembah, rumah tersusun
dan tertata rapih seperti perumahan dikomplek, tapi bedanya bahan bangunan
rumah yang ada disana, semuanya terbuat dari alam dan tidak ada nomer rumah sehingga
kita akan mudah kesasar karena arsitektur yang mirip antar rumah. Sayangnya
saya tidak bisa mengambil dokumentasi di daerah tersebut karena banyak
peraturan yang harus kita pahami dan hormati.
Saya
bermalam dirumah Jul (orang Baduy dalam) yang juga sering singgah disekret.
Sarapan, makan siang, dan malam selalu mereka hidangkan tepat waktu. Mereka
sangat menghormati tamu. Bagi mereka, tamu adalah raja. Tapi kita sebagai tamu
tidak boleh menjadi raja yang seenaknya. Posisikan diri kita sebagai mayat, yang
terima dan menolak saja apa yang mereka tawarkan, jangan meminta dan bertindak
macam-macam dan harus selalu menghargai peraturan yang ada disana.
Ketika
kita berada disana, kita akan merasakan seperti hidup dikehidupan seribu tahun
lalu. Ya sangat alami; dari mulai peralatan, perlengkapan, sifat, kebiasaan,
suasana dll. Malam disana adalah malam terang bulan dengan api-api kecil yang
menjadi pembantu tambahan cahaya tidak ada lampu ataupun aliran listrik. Udara
yang dingin menusuk-nusuk tubuh sepanjang malam dan diiringi suara-suara
serangga hutan yang tak hentinya bernyanyi sepanjang malam. Rasanya saya tidak
ingin melewatkan malam disana. Beda sekali suasana yang saya rasakan, ditemani
kopi hangat dan cemilan yang terbawa sayapun berbincang dengan salah seorang
Baduy yang menemani dimalam itu. Saya keluarkan semua tanda tanya dan rasa
ingin tau yang ada dipikiran saya untuk memuaskan rasa ingin tau saya akan
kehidapan masyarakat Baduy. Perbincangan itu berlanjut sampai cahaya matahari
menjelang....
KEHIDUPAN
SUKU ASLI PEDALAMAN BADUY
“Panjang jangan dipotong, pendek
jangan disambung” pepatah Baduy yang jelas menggambarkan
bahwa mereka hidup dengan apa adanya. Mereka teguh dengan peraturan adatnya,
serta menutup diri atas perkembangan zaman yang semakin modern ini.
v Keseharian
Bahasa
sehari-hari adalah bahasa Sunda. Alat tukarnya adalah uang, dan juga masih
banyak yang melakukan sistem barter. Aktivitas yang mereka lakukan adalah
berladang, berkebun, menganyam, beternak.. mayoritas mereka memelihara ayam dan
ada beberapa yang memelihara anjing. Mereka selalu memakai baju dan celana/kain
yang hanya berwarna hitam atau putih. Lilitan bahan di kepala wajib berwarna
putih karena melambangkan pikiran yang putih. Tidak boleh memakai alas kaki,
tidak memakai sabun waktu mencuci badan maupun peralatan. Tidak boleh menaiki
kendaraan. Tidak boleh memiliki Handphone. Bagunan rumah Baduy semua berasal
dari alam, dan tidak boleh memamakai paku.
Tidak
ada toilet didalam rumah, jadi harus pergi ke sumber air/ sungai bila ingin
melakukan aktivitas yang memerlukan air. Kenapa tidak ada toilet didalam rumah?
Karena bagi mereka, buang kotoran itu sebaiknya tidak didalam rumah.. dan rumah
disana adalah rumah panggung, kira-kira 30-50cm diatas tanah. Atap dari anyaman
daun kering, dinding dari bilik bambu, pondasi dan kerangka dari kayu.
Kira-kira atap dan dinding kuat sampai 4-8 tahun, dan kerangka dari kayu akan kuat
berpuluh-puluh tahun.
Aktivitas
anak-anak Baduy adalah mengikuti orang tuanya berladang, menganyam, atau
berburu. Dikarenakan itu adalah salah satu kemampuan yang diturunkan untuk
bertahan hidup dimasa dewasa nanti bagi anak-anak Baduy.
Bagi
pendatang yang berkunjung ke Baduy, ada peraturan daerah Baduy yang membatasi
kunjungannya yaitu; pendatang hanya boleh menginap dan singgah tidak lebih dari
dua hari dua malam.
v Pendidikan
Tidak
ada sekolah atau guru disana, jadi keahlian yang mereka miliki seperti ada yang
menjadi dukun beranak, ada yang bisa mengobati dll itu ilmunya berasal dari
orang tua mereka yang diajarkan secara turun temurun. Sudah banyak pula orang
Baduy yang bisa membaca tulisan atau hitungan, itu diajarkan oleh
teman-temannya melalui media kalender yang ada tulisan dan angka, serta karung
beras. Saya tidak menemukan kertas dan pensil disana.
Masyarakat
Baduy pedalaman tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan sekolah diluar, karena
bagi mereka bila ada yang mengenyam pendidikan sekolah diluar akan menumbuhkan
sifat modernisasi yang ada diluar. Oke, lepas dari pendidikan diluar,
orang-orang Baduy juga sudah banyak yang pandai berhitung serta pintar dalam
berdagang.
v Ritual
Acara
Kawalu (seperti Lebaran pada orang islam), biasanya dalam acara tersebut
terdapat pesta masak-masak hasil hutan bersama-sama, sarta doa-doa yang
diwakili oleh tokoh masyarakat setempat. Acara tersebut berlangsung satu kali
disetiap bulan, selama 3 bulan. Dan selama 3 bulan tersebut, pendatang (selain
Orang Baduy luar) tidak diperbolehkan untuk berkunjung ke daerah Baduy
pedalaman. Ada puasanya juga dari jam 6 pagi sampai jam 4 sore. Pas ditanya
emang tau kapan jam 6 kapan jam 4, kan di Baduy tidak ada jam? Orang Baduy nya
malah tertawa, ya di kira-kira aja dari melihat matahari. Begitu jawabnya..
hahaha mantap pokoknya.
Ada
juga acara kematian, katanya hampir sama dengan kita.. memakai kain kafan juga.
Anak-anak kuburannya rata-rata sepaha sampai dengkul orang dewasa, dan orang
dewasa rata-rata sepaha sampai sepinggang orang dewasa. Agar kuburan tidak
digali oleh hewan-hewan dihutan, maka kuburan baru akan dipagari dengan bambu.
Yang memimpin acara kematian dalam budaya Baduy disebut “Penghulu”.
v Sosial
Kerukunan
dan gotong royong masyarakat Baduy masih sangat kental.. biasanya dalam
kegiatan membangun/memperbaiki jembatan, membersihkan jalan-jalan, membangun
rumah salah seorang masyarakatnya dan pekerjaan lainnya. semua kegiatan yang
dilakukan selalu atas intruksi dari JARO (sebutan ketua adat atau kepala
kampung di Baduy).
Rasa
kepedulian antar masyarakat disana masih sangat terjaga, dikarenakan mereka
masih terikat satu keluarga. Orang Baduy dalam hanya menikah dengan orang Baduy
dalam saja,. Jadi dalam satu kampung itu bisa dibilang satu keluarga besar,
wuihhhh,,,
v Ekonomi
Menjual
hasil ladang dan perkebunan yaitu pisang, duren, jambu, dll. (padi untuk
konsumsi sendiri). Penjualan hasil anyaman yaitu tas, kain, kalung, gelang dll.
transaksi dilakukan memakai uang. Disana juga masih berlangsung sistem barter.
aktivitas tenun kain |
v Budaya
Tidak
ada tarian, hanya alat musik yang khas yaitu angklung, kecapi, suling/kumbang.
Budaya gotong royong dan kerjasama, dan selalu memakai hasil alam dalam
aktivitas sehari-harinya.
v Mata Pencaharian
Bertani,
beternak, menganyam, berburu dihutan, berdagang
v Politik
Semua
keputusan dan peraturan daerah ada ditangan Jaro (kepala suku atau kepala
kampung). Segala masalah yang terjadi juga akan di sidang atau dimusyawarahkan
dan hasil akhir, hukuman, sangsi, semua ada di tangan Jaro. Tidak ada pemilihan
ketua adat, semua jabatan di daerah Baduy hanya jatuh turun temurun di dalam
keluarga. Semua peraturan yang ada berdasarkan peraturan adat.
v Pernikahan
Orang
Baduy Dalam hanya boleh menikah dengan masyarakat Baduy Dalam saja, jika
menikah dengan orang luar, maka orang Baduy tersebut akan dikeluarkan dari
Baduy Dalam. Masih banyak anak yang dijodohkan oleh orang tuanya.
Anak
laki-laki Baduy yang akan menikah, mereka diwajibkan membuka lahan untuk
bercocok tamam, yang berguna sebagai sumber penghasilan dan penghidupan
keluarganya nanti. Dalam mencari lahan, biasanya dia akan membuka lahan
perkebunan/persawahan dihutan yang belum dipunyai oleh orang lain.
Baduy
pedalaman: adalah orang yang masih memegang teguh peraturan
adatnya yang menutup diri atas kemajuan zaman, sehingga mereka terlihat sangat
tradisional. Mereka tinggal didalam hutan suku Baduy pedalaman.
Baduy
Luar:
adalah orang Baduy yang sudah sedikit modern, modern dalam arti mereka sudah
membuka diri atas kemajuan zaman. Contohnya mereka sudah memakai handphone dan
memakai pakaian berbagai warna dll. mereka tinggal di luar hutan, daerah
Cibuleger.
Perbedaan
kontras antara Baduy luar dan Baduy dalam adalah dari penampilan. Baduy dalam
selalu memakai ikatan/lilitan dikepala yang berwarna putih, dan Baduy luar
bisanya memakai ikatan/lilitan kepala yang sudah berwarna selain putih. Dan
juga Baduy luar sering memakai baju biasa yang warna warni selain hitam atau
putih.
Informasi
yang saya tulis berdasarkan apa yang saya dapat dari keterangan yang diberikan
beberapa orang Baduy dalam, yang berhasil saya tanyakan. Dan thanks to :
Zakaria (Jek) dan Alwan (Jabuy) yang bersedia menemani saya membayar janji
untuk bisa berkunjung kesana. Cheeerrss! Dan juga thanks kepada teman-teman
Baduy yang sangat wellcome saat kunjungan kemaren. Gokil!!!
Alwan (kanan) |
Zakaria (kanan) |
@endaybirds
Komentar
Posting Komentar