Tumbuh dan Berkembang (Bagi Kita), Membangkang (Menurut-nya)
“Lihatlah,
kita sekarang ini begitu optimis. Begitu pasti dalam menjejak pada perkembangan,
biarpun perlahan. Biarpun atmosfer saat ini terasa keras dan kejam tapi kami
tetap optimis.” Itu jawabnya mengapa kita terlihat nyaman dengan situasi ini.
“Tapi”, kataku, “engkau tidak melihat dimukanya, pada saat ini. Aku begitu
pesimis terhadap mereka.” Dia cuma tertawa. Aku berkata mengapa justru dalam
setiap ide konstruktif-nya ada pengkhianat. Seolah-olah tiap-tiap orang dari
kita dipandang sebagai pengkhianat-pengkhianat.
Kita
(secara keseluruhan) adalah pion-pion untuk meneruskan tongkat estapet menuju
tujuan murni bersama. Namun kita dimain-mainkan dan harus mau sukarela begitu
kepada mereka. Lalu kita pion siapa? Mereka? Aku tidak percaya kepada apapun,
kecuali yang sesuai dengan idealnya tujuan awal bersama.
Dewasa
ini aku berpendapat bahwa kita adalah pion dari diri kita sendiri sebagai
keseluruhan. Kita adalah arsitek nasib kita, tapi kita tak pernah dapat
menolaknya. Kita asing, ya kita asing dari ciptaan/pemikiran kita sendiri.
Itulah aku kira mengapa kita harus belajar memahami, dan dalam hal ini mengapa
aku pesimis. Barangkali cuma orang gila yang tahu tentang situasinya?
Seolah-olah
ketika kita melihat sejarah dari yang mereka gambarkan, maka yang kita jumpai
hanya pengkhianatan. Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu kita hidup
diatasnya. Ya, betapa tragisnya. Manusia-manusia yang tak sepaham dengannya
takkan lepas dari hujatannya dibelakang. Awal kita hidup dan kita menerima itu
sebagai keharusan. Tapi bagiku perjuangan dan perlawanan atas suara hati harus
tetap ada. Usaha pemutihan terhadap hitamnya noda dari cerita mereka kepada
generasi baru.
Akhirnya
kita tersadar akan kesia-siaan itu. Kita tahu akan absurd-nya. Dan itulah perjuangan dalam melaksanakan estapet ini. Stand like a hero, and die bravely. Aku
kira dan bagiku itulah kesadaran akan kebenaran yang sesungguhnya. Sadar akan
tumbuh dan berkembang....
Komentar
Posting Komentar