Ketika kegelisahan
sedikit demi sedikit menjadi selimut malam-malamku, ketika waktu telah
mengantarkanku pada masa-masa diujung tanduk menuju toga dikepala, selalu dalam
kebimbangan. Entahlah sebab apa yang terjadi didepan mata dan selalu menghantui
pikiran, fenomena keadaan dimana kedewasaan diri harus tampak dalam mengambil
sebuah keputusan dalam menghadapi semua problema. Menuntut agar lebih bersikap
arif dan bijaksana.
Malam ini ketika
bintang-bintang tak kunjung menampakkan lagi sinarnya karena mendung yang
selalu datang, selalu mengingatkanku pada sebuah pilihan hidup. Ya! Ternyata hidup
itu bukanlah seperti yang mereka bilang. Hidup bukan bagaikan roda, bagiku
hidup itu bagaikan menaiki sebuah anak tangga, berjalan ke atas dengan perlahan
tapi pasti. Kita selalu meng-upgrade diri kita dan selalu naik level, dimana
tangga harus ku jejaki dengan rutinitas kehidupan yang semakin tinggi, semakin
dituntut agar tak terjatuh jauh pada anak tangga yang jauh dibawah.
Realita kehidupan
ini selalu tidak bisa terjawab, lucunya lagi ketika banyak kenyataan dan fakta yang
terjadi dapat dikalahkan dengan sebuah asumsi hukum normative yang subjektif. Basa
basi menjadi hits dan disukai oleh segelintir, sisanya sebagian tetap pada
pergerakan dan hal pasti. Apakah pengajaran yang terjadi menjadikan kita
sebagai seorang robot? Saya tertarik sekali pada kutipan iklan Unilever “musuh
terbesar kita adalah apatis”.
Sadar atau tidak
akupun mengetahui bahwa aku berada pada akuarium yang kecil, namunku berusaha
menjadi ikan yang besar didalamnya. Aku tak menyalahkan akuariumnya, karena itu
sebuah wadah yang juga berjasa dan tergantung diri masing-masing tekad menjadi
besar atau tidak. Hal terpenting adalah menghiasi wadah yang kecil agar ukuran
tak lagi sebagai acuan penilaian ketika kecil itu bisa menimbulkan
keistimewaan.
Nada-nada terus
menghiasi pendengaran saat jari ini terus menari-nari, desiran angin menghusap
debu-debu berterbangan, malam tak lagi dingin, semakin kupelajari semakin ku
tak tau…..
Komentar
Posting Komentar