karya foto: Rahmatdwin |
Dulu
pernah kau ibaratkan kita adalah dua sayap yang berdampingan membawa satu cinta
berbentuk hati. Kau juga bilang hati ini takkan bisa terbang dengan hanya satu
sayap saja yang berbegarak. Mengapa saat itu kau tetap memaksakan untuk terbang
walau kau tau hanya satu sayap yang bergerak? Bekukan saja sayapmu itu,
biarkanlah kita tak lagi menerbangkan hati itu.
Aku
memilih diam untuk tak membahas hal tersebut dan hanya menulis dalam sebuah buku
yang pernah kau temukan dikamarku saat ku sedang jauh dipulau sana. Yap,
kulihat jelas sekarang kau telah menemukan dirimu didalam diamku. Dengan membekukan
sayap itu pula kau terlihat survive dan menemukan kreativitas dalam dirimu. Itulah
tujuan pilihanku, kau ‘tak’ terlihat menemukan dirimu, saat sayap masih
berdampingan.
Sudah
terlihat pilihan ini membuatmu lebih “produktif”, produktif yang selalu orang
lain artikan tertuju pada “uang”. Bagiku produktif itu adalah sebuah produk
yang dihasilkan oleh diri dengan sebuah kemasan kreativitas, sikap, dan hal
lain dengan potensi dalam diri, bukan bicara soal penghasilan atau uang. Mungkin
keadaan saat ini membuatmu menggali potensi dalam diri. Apakah saat sayap itu
berdampingan, kau bisa bersikap seperti saat ini? Itulah secuil alasan dariku
yang mungkin menjawab pertanyaan dalam pikiranmu. Dalam hal ini aku selalu
memilih jalan dengan sebuah perhitungan beserta alasannya, bukan hanya terpaku
pada imajinasi, logika, atau apalah yang kau maksud.
Kini,
kulihat hasil atas pilihan jalan itu. Sedikit puas walau hati tetap kupaksa
diam. Aku selalu yakin dengan pilihan itu adalah yang terbaik untuk dirimu menemukan potensi yang terpendam. memang berat, terimalah dan hadapilah.
mungkin keadaan
saat ini adalah sebuah Romantisme paling aneh. Ketika dua orang sering bertemu
tapi tak tegur sapa, saat memilih untuk acuh ketika hati ingin peduli, saat
rasa rindu semakin dalam tapi menghindari komunikasi, namun keduanya saling
mendoakan….
Salam
hangat J
Komentar
Posting Komentar