GUNUNG CEREMAI
Gunung
Ceremai (seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") secara
administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon,Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53'
30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas
permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung
tertinggi di Jawa Barat.
Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m
terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m
dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Kini G. Ceremai termasuk ke dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai(TNGC), yang memiliki luas total
sekitar 15.000 hektare.
Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis
tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di
wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk
penamaan tempat.
TRANSPORTASI
Kalibata Jakarta selatan – Kp Rambutan
(Angkutan Umum) Rp 3000/org
Kp Rambutan – pertigaan Tugu
Linggarjati (Bus Antar Kota) Rp 50.000/org
pertigaan Tugu Linggarjati – Pos awal Gunung Ciremai (Angkutan Umum) Rp
3000/org
JALUR PENDAKIAN
Untuk menuju puncak
Ciremei terdapat 3 jalur yang dapat ditempuh yakni jalur Majalengka, jalur
Palutungan dan, jalur Linggarjati. Jalur Linggarjati ( 650 MDPL) merupakan jalur
yang kita pilih. Karena informasi yang kita dapat bahwa jalur ini paling terjal
dan terberat, serta merupakan jalur favorit dilalui pendaki. Jalur ini memang
dikenal lebih menantang buat para pendaki.
Sebelum memulai pendakian ada baiknya pendaki menyiapkan bekal terutama air, karena
susah sekali memperoleh air selama di perjalanan. Jalur menuju puncak sangat
jelas dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga pendaki pemulapun akan
mudah .
Dari pos pendakian, perjalanan akan
melintasi jalanan beraspal memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga
Pos Mata Air Cibeunar (750 mdpl). Cibeunar merupakan area camp yang cukup aman
buat bermalam, karena terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan
ditemui lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak. Selepas Cibeunar perjalanan
akan melewati perkebunan penduduk hingga memasuki Leuweng Datar (1.200 mdpl).
Dari Leuweng Datar pendaki akan
melewati pos sebagai tempat istirahat yakni Sigedang dan Pos Kondang Amis . 2 jam
berikutnya pendaki akan sampai di Pos Kuburan Kuda (1.380 mdpl). Kuburan Kuda
merupakan tanah datar yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat
perkemahan. Daerah ini dianggap keramat bagi masyarakat setempat. Setelah
Kuburan Kuda, pendaki akan melewati beberapa tempat keramat lagi seperti
Ceblokan, Pengalas.
Jalanan akan membesar ketika melewati
Tanjakan Bin-Bin dan semakin menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni
(1.750 mdpl). Jalur ini adalah yang terberat dan melelahkan dibanding yang
lainnya. Bahkan pendaki akan menemui jalan setapak yang terputus dan setengah
memanjat, dan memaksanya berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos
selanjutnya.
Kemudian akan sampai di Tanjakan
Bapatere (1.950 mdpl) dengan jalur tetap menanjak nyaris tanpa bonus sampai di
Batu Lingga (2.250 mdpl). Waktu yang diperlukan adalah sekitar 1 jam lebih.
Konon, batu ini pernah dijadikan tempat berkotbah wali songo kepada para
pengikutnya . Di dekat batu lingga terdapat sebuah in memoriam pendaki. Menurut
kisah pendaki itu tewas karena sesuatu kejadian yang aneh di batulingga.
Tepatnya, pada tahun 1999 dan dari ketiga pendaki, hanya seorang yang selamat.
Sedangkan dua lainnya tewas dengan mengeluarkan lendir dari mulutnya. Menurut
kepercayaan, blok batu lingga ini di jaga oleh dua makluk halus bernama aki dan
nini serentet buntet.
Batu Lingga merupakan pos
peristirahatan yang berupa tanah datar dan terdapat sebuah batu berukuran
besar. Di tengah perjalanan pendaki akan menemui dua pos peristirahatan lagi
yakni Kiara Baton dan Sangga Buana. Kemuidian pendaki baru akan memasuki batas
vegetasi. Perjalanan berlanjut 2 jam berikutnya sampai di Pos Pangasinan
(2.750 mdpl).
Pangasinan merupakan pos terakhir.
Menurut sejarah, pada masa pendudukan Jepang, pengasinan merupakan tempat
pembuangan tawanan perang. Mungkin karena itu pada malam malam tertentu, sering
terdengar suara jeritan atau derap langkah kaki para serdadu jepang. Dari
daerah yang cukup terbuka ini, pendaki dapat menyaksikan bibir kawah yang cukup
menakjubkan. Diperlukan waktu satu jam dengan melewati bebatuan cadas dan medan
yang tetap menanjak, bahkan harus setengah merayap, untuk sampai di puncak.
Untuk menggapai
puncak tertinggi Gunung Ciremai (3.078 mdpl), pendaki lebih
dahulu melewati puncak tertinggi kedua – Sunan Mataram (3.058 mdpl)
ditandai batu trianggulasi. Dari Tranggulasi Sunan Mataram, untuk mencapai
puncak tertinggi Ciremai, pendaki harus mengelilingi kawah hingga bertemu
dengan Trianggulasi lagi yang sudah roboh yang biasa dinamai Sunan Cirebon, itulah
puncak tertinggi Gunung Ciremai.
Komentar
Posting Komentar