Langsung ke konten utama

GUNUNG KERINCI, PESONA INDAH ATAP SUMATERA NAMUN PENUH DENGAN BAHAYA

“Keinginan adalah sumber penderitaan” sebait lyrik lagu Iwan Fals yang mencoba menyadarkan pada pendengarnya bahwa penyebab penderitaan adalah keinginan sendiri, terlebih kita harus hadapi penderitaan tersebut untuk mencapai keinginan.




            Keinginan mereka adalah sampai pada empat puncak gunung di Sumatra (Lintas Sumatera), dimulai dari Gunung Kerinci. Keberangkatan dengan pesawat dari Jakarta menuju Jambi sekitar satu jam mengudara, dilanjut naik angkutan 15 menit menuju kantor jasa mobil travel. Memulai perjalanan kembali dari tempat jasa mobil travel Jambi menuju daerah Sungai Penuh dengan menempuh waktu 12 jam. Lanjut Sungai Penuh ke Tugu Macan (Basecame pendakian Kerinci) menaiki angkot lokal kurang lebih setengah jam. Hampir satu hari penuh waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi keinginan dan bahkan baru sampai pos awal pendakian.




Hari 1

Mereka memulai pendakian tepat pukul 12.00 siang dengan personil empat orang (Adul, Anom, Hamije dan Enday) disambut dengan sengatan terik matahari dan desiran angin perlahan-lahan membuat dedaunan seakan melambaikan keberangkatan empat anak muda. Sesekali berpapasan dengan petani kaki gunung Kerinci yang mayoritas adalah orang Jawa, dengan sapaan yang sopan melepas kepergian mereka untuk mencapai keinginan. Sedikit aneh, berada di pulau Sumatra namun rasa Jawa. Sejarah dari cerita penduduk sekitar, memang kaki gunung Kerinci tempo dulu adalah salah satu tujuan Transmigrasi masyarakat dari pulau Jawa -program pemerintah- jadi tak perlu heran lagi.



Sekitar pukul 15.00 sampailah Shelter 1, beristirahat merenggangkan otot-otot, membuka cemilan dan minuman hangat. Setengah jam berlalu, kami melanjutkan perjalanan menuju target camp adalah Shelter 2. Waktu menunjukan 17.00, perkiraan telah mencapai dua pertiga jarak antara Shelter 1 dan Shelter 2. Posisi Adul dan Anom perkiraan jarak waktu lima menit didepan, Hamije dan Enday dibelakangnya. Perjalanan mendaki santai namun konstan, sesekali bertukar carrier untuk bergantian membawa beban carrier yang paling berat.

Pukul 15.15 kejadian menegangkan muncul, Aldi dan Anom yang jalan di depan mendengar suara pohon rindang yang di goyangkan oleh seekor hewan.

Anom  : “Dul, Apaan tuh?” *kaget*

Adul  : “Shun go kong lewat, Nom!” (maksudnya hewan sejenis monyet yang sedang berjalan bergelantungan dari pohon ke pohon)

Tanpa menghiraukan suara tersebut, mereka melanjutkan perjalanannya. Sementara di belakang Enday dan Hamije melihat persis hewan yang sedang melompat dari pohon ke pohon menyebrangi jalur pendakian didepannya.

Enday  : “Bang!!!! Macan!!!” *nada pelan, sedikit gugup karena jarak macan sangat dekat*

Hamije : *diam sejenak* “lepas carrier, taro depan day!”

Enday  : *nyari senjata untuk pertahanan diri, dapatnya batang kayu sepanjang satu meter*

Hamije : “Lu perhatiin depan day, gua perhatiin belakang” *waspada*

Enday dan hamije diam seperti patung, dengan kewaspadaannya yang satu menghadap depan dan satunya menghadap belakang dengan posisi saling membelakangi. Berusaha meminimalisir suara, khawatir macan tersebut mendeteksi keberadaan mereka berdua. Macan dalam pengintaian mangsanya, dengan cara perlahan-lahan atau mengumpat-umpat dahulu lalu menerkam atau berlari mengejar mangsanya yang sudah tau keberadaan macan tersebut. Enday dan hamije memilih diam dan tenang untuk mengetahui apakah macan tersebut masih disekitar atau masih adakah macan lain akan menyebrang jalur.

Sepuluh menit berlalu dengan posisi waspada membela diri, suara raungan macan terdengar dan perkiraan keberadaannya sudah jauh dari lokasi tersebut. Enday dan hamije melanjutkan kembali pendakiannya. Terus berjalan menyusuri jalan setapak di tengah-tengah hutan, sinar matahari perlahan meredup, terus menjauh dari lokasi namun bukan menambah ketenangan, rasa was-was terus mengikuti.



Terdengar suara Azan dari kejauhan, menandakan sudah pukul 18.30 -Azan di Sumatra Barat lebih lambat setengah jam dengan Jakarta, begitu pula matahari terbit di Sumatra barat pukul 06.30 kalau di Jakarta 06.00-. Adul dan Anom menunggu Enday dan hamije yang berjalan belakangan untuk selanjutnya melakukan pendakian dengan penerangan cahaya secara beriringan.

Sekitar pukul 19.00 mereka berempat menemui tempat datar yang cukup luas sehingga terjadi perdebatan dan pertanyaan diantara mereka, apakah ini Shelter 2? Namun tidak terdapat Plang/penanda Shelter 2, hanya ada coretan dipohon yang sudah pudar tidak jelas tulisannya, namun menyerupai tulisan Shelter 2. Mereka berempat perdana ke Gunung Kerinci, info yang didapat melalu catatan perjalanan di blog dan dokumentasi orang lain, ditambah keadaan gelap yang menyulitkan apakah itu Shelter 2 atau bukan. Tidak mau terlalu lama membuang waktu untuk berdebat dan memecahkan teka teki tersebut, mereka melanjutkan perjalanan. 

Angin kencang datang, dinginnya sampai menembus jaket tebal, dengan vegetasi pohon-pohon sekitar sudah terlihat pendek-pendek dan berdiri miring suatu pertanda bahwa mereka sudah berada sekitar 1800 keatas meter diatas permukaan laut. Angin tak henti bertiup kencang disertai butiran-butiran kecil air, pukul 20.00 mereka menemui tempat datar untuk satu tenda, dan akhirnya memutuskan bermalam ditempat tersebut. Mendirikan tenda, makan, ganti pakaian diiringi dengan perdebatan tempat Shelter 2. Apakah Shelter 2 sudah terlewati, atau berada di depan? Sampai akhirnya tertidur.

Hari 2




Pukul 05.00 memulai pendakian puncak, 10 menit berjalan sudah berada di Shelter 3. Mereka berempat sangat kaget dan yakin tempat yang diperdebatkan kemaren adalah benar Shelter 2. Dihadapkan dengan tracking menanjak, bebatuan bercampur pasir, membuat kaki sering merosot. Udara teramat dingin pagi itu dan anginpun tak hentinya mendorong tubuh-tubuh yang kokoh dalam langkahnya. Angin yang bercampur dengan awan serta aroma belerang sangat menyesakkan hidung -wajib memakai penutup hidung/masker-.





Sekitar dua jam perjalanan atau pukul 07.00, mereka sampai dipuncak. Merasakan hembusan angin dengan menikmati pemandangan luas Pulau Sumatera, lautan awan putih, kawah yang sangat besar, rasa kagum bisa berada disana. Pukul 08.00 mereka kembali ke tenda dan bergegas turun gunung. Keinginan pertama sudah di dapat, menyisakan tiga keinginan selanjutnya. 

Selamat merasakan penderitaan dan selamat anda meraih apa yang anda inginkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STUDI KASUS AXEON N.V

STUDI KASUS AXEON N.V : PENGENDALIAN TINDAKAN, PERSONEL DAN BUDAYA Makalah yang disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sistem Perencanaan dan Penegendalian Manajemen Semester VII/2014 Disusun Oleh: Ade Martika Sari        11121026 Ikrom F.I                     11121070 Luthvika                      12121033 Jurusan Akuntansi  UNIVERSITAS TIR L OGI JAKARTA 2014 KATA PENGANTAR             Puji syukur Penulis  ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-Nya yang telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini tentang kasus Axeon N.V ; Pengendalian Tindakan, Personel dan Budaya sebagai syarat pemenuhan nilai pada mata kuliah Sistem Perencanaan dan Penegendalian Manajemen Jurusan Akuntansi Universitas Trilogi. Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan kritik yang bersif

DUA RIBU SEBELAS

Universitas Trilogi d/h STEKPI, 2011 Apa yang dapat menjadikan ribuan pasir menjadi suatu benda yang indah? dan dapat memperindah segalanya? Karena memang tidak mudah menggabungkan ribuan pasir menjadi fragmen-fragmen indah kehidupan. Terlebih karena ‘kebermaknaan’ adalah harga mati dari segala prosesnya. Bisakah kau bayangkan, fragmen-fragmen tersebut adalah ratusan orang yang berasal dari berbagai wilayah dan ideologi yang berbeda, yang kemudian melebur menjadi satu untuk membuat sebuah harmonisasi kehidupan demi mencapai satu kesatuan yang utuh. Lucu rasanya mengingat memori-memori itu. Saat dimana kita canggung berkenalan, tuk berusaha menarik perhatian lawan bicara, memutar otak untuk menghasilkan omongan yang bersahabat. Hingga masing-masing dari kita mengenal satu sama lain. Apa yang membuat seseorang menjadi sangat berarti? Patut disanjung dan layak untuk dikenang? Karena ditempat ini aku menyadari setiap makna akan selalu lahir bersama apapun yang a

STUDI KASUS PUENTE HILLS TOYOTA

Makalah Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen Semester VII /201 4 Disusun oleh (Kelompok 2 ) : Ikrom F.I                           (111210 70 ) Ade Martika Sari              (111210 26 ) Luthvika                            ( 12121033 ) JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS TRILOGI JAKARTA 201 4 KATA PENGANTAR             Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.             Makalah tentang “Kasus 2 PUENTE HILLS TOYOTA ” ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen dan diharapkan melalui makalah ini, kami dapat menambah wawasan mengenai Strategi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.             Kami mengucapkan terima kasih kepada L ely Dahlia, SE., M. Ak, selaku dosen Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen kami ya