Langsung ke konten utama

STUDI KASUS AXEON N.V

STUDI KASUS AXEON N.V : PENGENDALIAN TINDAKAN, PERSONEL DAN BUDAYA
Makalah yang disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah
Sistem Perencanaan dan Penegendalian Manajemen
Semester VII/2014
Disusun Oleh:
Ade Martika Sari        11121026
Ikrom F.I                     11121070
Luthvika                      12121033
Jurusan Akuntansi
 UNIVERSITAS TIRLOGI
JAKARTA
2014



KATA PENGANTAR

            Puji syukur Penulis  ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena atas tuntunan-Nya yang telah memberi rahmat dan hikmat-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini tentang kasus Axeon N.V ; Pengendalian Tindakan, Personel dan Budaya sebagai syarat pemenuhan nilai pada mata kuliah Sistem Perencanaan dan Penegendalian Manajemen Jurusan Akuntansi Universitas Trilogi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati akan menampung dan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan materi dan isi dan penulisan ilmiah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang memerlukan.
                                                                                                                                                                                                                          Jakarta, 30 September 2014
                                                                                                                                                                                                                                           Penulis





DAFTAR ISI






















BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Axeon N.V berpusat di Heerlen, di bagian selatan Belanda. Axeon memproduksi lini produk bahan-bahan kimia industri di 24 pabrik. Pada awal sejarahnya, Axeon memiliki struktur organisasi yang sederhana, hanya dengan satu divisi manufaktur dan divisi penjualan. Namun, sepanjang tahun, Axeon mengakuisisi sejumlah perusahaan asing, yang diantaranya termasuk Saraceno, S.p.A., di Milan, Hollandsworth, LTd., di London dan KAG Chemicals, AB, di Gothenburg, Swedia. Guna memanfaatkan keahlian geografis dari perusahaan yang diakuisisi ini, setiap cabang diminta untuk bertanggung jawab atas penjualan semua produk Axeon yang berada dalam wilayah tanggung jawabnya: Eropa Selatan untuk Saraceno, Inggris untuk Hollandsworth dan Skandinavia berturut-turut, menyumbang 8%, 14% dan 6% dari total penjualan Axeon. Penjualan lain ditangani oleh perusahaan Axeon di Belanda.
Gaya manajer tingkat atas di Axeon ialah menekankan pada tingginya tingkat desentralisasi. Untuk produk-produk yang dibuat di Belanda, perusahaan penjualan Axeon Belanda akan menetapkan harga yang sama untuk perusahaan cabang, sama halnya dengan yang mereka tetapkan pada semua agen di seluruh Negara. Hollandsworth dibeli oleh Axeon pada tahun 1992. Selama tiga tahun pertama kepemilikan Axeon, penjualan Hollandsworth menurun perlahan. Pada tahun 1996, mereka memperoleh £111 juta. Dewan direksi Hollandsworth memutuskan bahwa perusahaan memerlukan tim manajemen baru dan pemeriksaan besar-besaran. Ian Wallingford, seorang pria 39 tahun dengan gelar universitas di bidang teknik dan perdagangan, dipekerjakan. Ian memiliki pengalaman sebagai insinyur manufaktur, sebagai seorang manajer pemasaran untuk kantor cabang suatu perusahaan di Inggris dari perusahaan yang berpusat di Amerika dan sebagai seorang manajer laba pusat pada sebuah perusahaan industri besar di Inggris.
Dalam empat tahun pertama masa kepemimpinan Ian, penjualan Hollandsworth meningkat sampai £160 juta dan laba meningkat secara nyata, mencapai tingkat yang dinilai manajemen Axeon sebagai hal yang dapat diterima. Dewan menyimpulkan bahwa sejumlah factor berkontribusi terhadap pembalikan keadaan Hollandsworth, seperti ambisi, kerja keras dan keterampilan manajemen pada diri Ian.
            Menurut Ian, Hollandsworth dapat mengembangkan pasar di Inggris yang akan hampir sebesar pasar global terkini Axeon yang memasarkan AR-42. Ada sekitar 600 ton AR-42 yang dulu diproduksi tiap tahunnya di pabrik Axeon di Belanda, tetapi tidak ada satu pun hasilnya yang dijual di Inggris, Manajemen Hollandsworth mewawancarai konsumen potensial dan melakukan percobaan di tiga pabrik mereka dan mendapat bukti bahwa penghematan biaya besar-besaran memang  akan terwujud. Mereka memperkirakan potensi total market Inggris untuk lapisan seperti AR-42 mencapai 800 ton per tahun. Jika mereka dapat menjual produk seharga £3.700 per ton, mereka dapat memperoleh setengah dari totak market atau 400 ton per tahun, dalam periode tiga tahun.

1.2       Rumusan Masalah

            1.         Bagaimana analisis awal anda, apakah kesalahan yang kontras terjadi                      dalam Axeon?
            2.         Apakah pengendalian budaya dan personel dalam perusahaan Axeon                      sudah sesuai dengan system yang ada?
            3.         Keputusan terbaik apa yang seharusnya diambil oleh Van Leuven?

BAB II

LANDASAN TEORI

            Perusahaan dapat menambah atau mengganti pengendalian hasil dengan bentuk pengendalian lainnya dengan tujuan untuk membuat karyawan bertindak sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.

2.1       Pengendalian Tindakan

            Pengendalian tindakan adalah bentuk paling langsung dari pengendalian     manajemen karena meliputi pengambilan langkah-langkah tertentu untuk memastikan   karyawan bertindak sesuai dengan keinginan perusahaan dengan membuat tindakan karyawan sendiri sebagai fokus pengendalian.

            2.1.1    Pembatasan Perilaku

            Pembatasan fisik diperlukan untuk kegiatan sehari-hari, sesperti pada penjualan eceran (ritel). Pembatasan fisik yang efektif juga penting, seperti meningkatnya perlindungan data dan privasi yang pada hakikatnya dihadapi oleh semua perusahaan, baik perusahaan pribadi maupun public, yang menyimpan informasi mengenai klien, pelanggan, pasien, atau masyarakat yang mereka tangani secara elektronis.
            Pembatasan administratif dapat pula digunakan untuk membatasi kemampuan karyawan untuk melaksanakanseluruh atau hanya sebagian porsi dari tugas maupun tindakan tertentu. Suatu bentuk umum dari pengendalian administratif mencakup pembatasan otoritas dalam pengambilan keputusan.

            2.1.2    Penilaian Pratindakan

                                    Penilaian pratindakan mencakup adanya penyelidikan kritus                        terhadap rencana tindakan dari para karyawan yang dikendalikan.

            2.1.3    Akuntabilitas Tindakan

            Akintabilitas tindakan ialah meminta karyawan untuk bertanggung jawab atas tindakan yang mereka lakukan. Agar bisa diterapkan dengan baik, pengendalian akuntabilitas tindakan membutuhkan hal-hal seperti, mendefinisikan tindakan apa yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima; mengkomunikasikan definisinya kepada karyawan; mengobservasi atau jika tidak, melacak apa yang terjadi; dan memberikan imbalan kepada tindakan yang baik atau memberikan hukuman kepada tindakan yang menyimpang dari norma. Akuntabilitas tindakan biasanya diterapkan dengan disertai penguatan negatif. Maksudnya, tindkan-tindakan tertentu lebih diidentikkan dengan hukuman dibandingkan dengan imbalan.

            2.1.4    Redudansi

                                    Redudansi meliputi penugasan lebih banyak karyawan (atau                        peralatan) untuk melakukan suatu tugas dibandingkan jumlah yang                sesungguhnya dibutuhkan.

2.2       Pengendalian Tindakan dan Masalah Pengendalian

Pembatasan perilaku mulanya efektif untuk menghilangkan masalah motivasional. Karyawan yang mungkin sempat tergoda untuk terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan dapat terhindar untuk berbuat demikian. Penilaian pratindakan sering melibatkan komunikasi kepada karyawan mengenai hal apa saja yang diinginkan oleh perusahaan, maka penilaian ini pun dapat membantu meringankan kurangnya pengarahan dalam perusahaan.

2.3       Pengendalian Personel

            Pengendalian personel membangun kecenderungan alami karyawan untuk mengendalikan atau memotivasi diri mereka sendiri. Pengendalian personel memiliki tiga tujuan, yaitu membantu mengklarifikasi harapan; memastikan bahwa tiap karyawan mampu melakukan pekerjaan dengan baik; meningkatkan kemungkinan bahwa tiap karyawan akan terlibat dalam self-monitoring. Self-monitoring terbilang efektif sebab kebanyakan orang memiliki hati nurani yang membimbing mereka untuk melakukan hal yang baik.

2.4       Pengendalian Budaya

            Pengendalian budaya didesain untuk mendukung pemantauan bersama (mutual monitoring); sebuah tekanan kuat dari suatu kelompok terhadap individu yang menyimpang dari norma dan nilai kelompok. Pengendalian budaya akan efektif jika anggota kelompok memiliki keterikatan sosial atau emosional antara satu sama lain.

            2.4.1    Kode Etik

            Kode didesain untuk membantu karyawan memahami perilaku apa yang diharapkan meski tidak ada peraturan yang spesifik; itupun kodenya lebih didasarkan pada prinsip dibandingkan hanya didasarkan pada peraturan. Kode ini dapat meliputi pesan penting mengenai dedikasi terhadap kualitas maupun kepuasan pelanggan, perlakuan yang adil pada karyawan dan pelanggan, keamanan karyawan, inovasi, pengambilan resiko, ketaatan pada prinsip etis, komunikasi yang terbuka dan kesediaan untuk berubah.

            2.4.2    Imbalan Kelompok

                                    Penyediaan imbalan atau insentif yang didasarkan pada pencapaian kolektif juga mendukung pengendalian budaya. Contohnya adalah bonus, pembagian laba (profit-sharing) atau pembagian keuntungan (gain-sharing) yang memberikan kompensasi berdasarkan pada kinerja perusahaan atau entitas secara keseluruhan (alih-alih secara individu) berkenaan dengan, keuntungan atau reduksi biaya.

            2.4.3    Pendekatan Lain Untuk Membantu Budaya Perusahaan

            Pendekatan umum lain untuk membentuk budaya perusahaan meliputi transfer antarperusahaan, pengaturan fisik dan sosial, serta tone at the top. Transfer antarperusahaan atau rotasi karyawan membantu menyebarkan budaya dengan memperbaiki sosialisasi karyawan dalam perusahaan, memberikan mereka apresiasi terhadap masalah yang lebih yang dihadapi oleh berbagai bagian dalam perusahaan dan menghambat terciptanya tujuan dan pandangan yang saling bertentangan. 

            2.4.4    Pengendalian Personel/Budaya dan Masalah Pengendalian

            Pengendalian personel/budaya mampu menangani semua masalah pengendalian. Masalah akan kurangnya pengarahan dapat diminimalkan, sebagai contoh, dengan merekrut orang yang sudah berpengalaman, dengan menyediakan program pelatihan, maupun dengan menugaskan orang baru untuk bekerja dalam kelompok akan memberikan pengarahan yang baik.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1       Analisis awal tentang kesalahan yang kontras terjadi dalam Axeon 

Dalam analisis awal, ditemukan terdapat tiga masalah yang cukup kontras dan harus serius diperhatikan oleh perusahaan Axeon untuk ditangani atau diselesaikan. Masalah tersebut adalah mengenai optimistis, investasi dan nilai asset.
1.                  Hal pertama mendasar adalah adanya sebuah skenario dalam perusahan yang terjadi didasarkan pada sifat optimisme yang tinggi Sifat tersebut akan lebih merujuk pada akibat yang negative; diantaranya egoistis. Dalam hal ini berdampak pada kinerja yang mengedepankan sifat tersebut dari pada memperhitungkan terlebih dahulu secara matang, usulan atau kebijakan yang akan diambil.

2.                  Masalah Ian Patrick yang mengajukan proposal peminjaman uang untuk investasi pabrik baru di Inggris. Maka sangat penting adanya analisis dan perhitungan atas pengaruh pengembalian hutang. Dan mungkin akan lebih baik jika memang investasi tersebut mendatangkan kembali mobal yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang diharapkan. Namun kalau perhitungan tidak relevan, kemungkinan besar berakibat tebalik dan menurunkan profitabilitas.

3.                  Masalah perkiraan atau perhitungan nilai asset perusahaan cabang di Inggris, dimana nilai depresiasi adalah 1400000 dan jumlahnya sama dengan nilai investasi awal. Hal ini tampaknya tidak masuk akal karena kesamaan nilai penurunan peralatan pabrik tersebut dengan nilai investasi awal.

3.2       Pengendalian budaya dan personel dalam perusahaan Axeon sudah     sesuai dengan sistem yang ada.

a.                  Sistem yang dianut oleh perusahaan Axeon.N.V.
Axeon.N.V. adalah perusahaan yang menekankan sistem desentralisasi. Oleh sebab itu, manajer cabang memiliki otonomi yang besar untuk memutuskan kelangsungan hidup perusahaan cabang masing-masing.
Desentralisasi adalah pembuatan keputusan tidak hanya dimonopoli oleh pimpinan puncak saja melainkan dengan cara melibatkan seluruh elemen yang ada dalam organisasi (melibatkan manajer dan bawahannya sesuai dengan keterkaitannya dengan masalah yang akan diputuskan).
Dapat disimpulkan bahwa Desentralisasi perusahaan adalah Sebuah perusahaan yang terdesentralisasi, yang mana wewenang pengambilan keputusannya tidak diserahkan pada beberapa orang eksekutif puncak, melainkan disebarkan diseluruh perusahaan cabang. Di satu sisi ekstrem, perusahaan yang terdesentralisasi secara kuat adalah perusahaan yang memberikan kebebasan kepada manajer-manajer tingkat yang lebih rendah ataupun karyawan untuk membuat suatu keputusan.
                        Pada pengambilan keputusan terdesentralisasi memperkenankan manajer pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka.

b.                  Pengendalian personel dalam perusahaan Axeon.N.V.
Perusahaan Axeon.N.V. dengan sistemnya desentralisasi terbilang sukses dalam menciptakan suatu pengendalian personel. Hal tersebut tergambarkan pada tercapainnya tiga tujuan dari pengendalian personel di tengah-tengah sistem tersebut.
Pertama adalah dalam hak otonomi yang diberikan pada perusahaan cabang, beberapa pengendalian personel membantu mengklarifikasikan harapan. Membantu memastikan bahwa setiap karyawan memahami apa yang diinginkan perusahaan.
Kedua adalah dengan sistem desentralisasi tersebut juga perusahaan-perusahaan cabang menghasilkan karyawan-karyawan yang berkualitas. Mempunyai kemampuan seperti kepandaian, pengalaman dalam menjalakan pekerjaan dalam cabang. Kemampuan terus meningkat akibat dari tanggung jawab yang dibebani langsung pada cabang untuk mengurusi dirinya sendiri.
Ketiga adalah setiap karyawan akan terlibat pada self-monitoring control. Dengan kata lain, sistem desentralisasi melatih mereka, dan memberikan mereka lingkungan kerja yang baik serta sumber daya yang dibutuhkan, cenderung dapat meningkatkan kemungkinan akan dilakukannya pekerjaan yang baik.
c.                   Pengendalian Budaya dalam perusahaan Axeon.N.V.
Pengendalian budaya didesain untuk mendukung pemantauan bersama (mutual monitoring); sebuah tekanan kuat dari suatu kelompok terhadap individu yang menyimpang dari peraturan dan nilai perusahaan. Budaya perusahaan relatif tetap dari waktu ke waktu, meski tujuan dan strategi beradaptasi seperlunya terhadap perubahan kondisi bisnis. Budaya perusahaan dapat dibentuk dalam banyak cara, baik lewat kata maupun contoh, meliputi kode etik, pengharagaan kelompok, transfer antarperusahaan, pengaturan fisik dan sosial dan tone at the top. Pada perusahaan Axeon.N.V. sendiri sangat kental budaya yang terjadi, sehingga kemajuan harapan, kemampuan dan saling memonitoring antar karyawan sangat terjaga di dalam sistem Desentralisasi ini.

3.3       Keputusan terbaik yang seharusnya diambil oleh Van Leuven

            Perkiraan biaya variabel manufaktur AR-42 di Belanda untuk pengiriman ke Inggris


Variable costs per ton:
   Manufacturing
1,860
   Shipping from Netherlands to UK
100
   UK import duty
     100
      Total variable cost per ton
2,060
Total variable cost, 400 tons to UK
824,000
Perusahaan harus memperluas produksi di Belanda dapat mencapai profit dan mengurangi biaya . Ini bisa lebih menguntungkan dalam jangka panjang daripada membangun pabrik baru di Inggris. Selain lebih menguntungkan, solusi tersebut juga merupakan solusi terbaik demi kepentingan perusahaan dari Axeon.NV.
Sebagai peran seorang Direktor Manajemen, Mr Van Leuven adalah seseorang yang memegang penuh kekuasaan dalam menentukan keputusan yang dilaksanakan oleh perusahaan. dalam kasus proposal ini, terdapat dua hal yang harus dipertimbangkan secara serius.  
1.      Mr Van Leuven harus benar-benar menghitung secara mendetail dan membandingkannya, mana diantara kedua pilihan tersebut yang dapat mencapai tujuan biaya yang paling efektif sekaligus efisien waktu.
2.      Memimpin otonomi dan moral manajemen anak perusahaan dengan cara yang baik dan bijaksana, agar tidak melanggar dari sistem yang ada.
Terkait dalam hal yang pertama dan seperti pada pembahasan sebelumnya, keputusan yang terbaik adalah bahwa Hollandworth tetap membeli produk AR-42 dari belanda daripada investasi pabrik sendiri, karena tidak efektif dan efisien.
Untuk hal yang kedua, komunikasi yang baik adalah hal penting yang harus dijaga oleh Mr Van Leuven. Hal ini menjadi satu-satunya cara terbaik untuk meminimalkan dampak negativ dari kasus yang terjadi. Otonomi yang bermoral sangat penting pula dalam perusahaan cabang dalam mencapai keuntungan ekobnomi. Komunikasi yang terjaga dari kedua belah pihak sangat diperlukan demi kepentingan tujuan perusahaan yang lebih baik.
Dengan kata lain, proposal yang diajukan hasilnya adalah negativ atau ditolak. Penolakan tersebut berdasarkan pertimbangan dan perhitungan yang matang. Agar keputusan ini dapat diterima dengan baik, komunikasi lah yang juga penting dalam menjaga serta meminimalkan dampak negativ yang dapat terjadi.












BAB IV

KESIMPULAN


            Dari hasil pembahasan yang kami paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa Axeon sebagai perusahaan yang menekankan sistem desentralisasi sangat perlu dijalankan pengendalian tindakan, personel, dan budaya. Dalam kasus yang terjadi di perusahaan ini adalah menggambarkan bagaimana pentingnya sebuah analisis dan perhitungan yang matang dalam mengambil sebuah keputusan atau kebijakan. Kesampingkan sikap optimisme berlebihan serta egoistik, namun dahulukan kematangan perhitungan tersebut agar tercapainya tujuan perusahaan.





















DAFTAR PUSTAKA



Merchant, Kenneth A. Van der Stede, Wim A.  Sistem Pengendalian Manajemen:             Pengukuran Kinerja, Evaluasi dan Insentif. Jakarta. Salemba Empat, 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STUDI KASUS PUENTE HILLS TOYOTA

Makalah Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen Semester VII /201 4 Disusun oleh (Kelompok 2 ) : Ikrom F.I                           (111210 70 ) Ade Martika Sari              (111210 26 ) Luthvika                            ( 12121033 ) JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS TRILOGI JAKARTA 201 4 KATA PENGANTAR             Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.             Makalah tentang “Kasus 2 PUENTE HILLS TOYOTA ” ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen dan diharapkan melalui makalah ini, kami dapat menambah wawasan mengenai Strategi Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen.             Kami mengucapkan terima kasih kepada L ely Dahlia, SE., M. Ak, selaku dosen Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen kami ya

CIHEULANG – MANDALAWANGI, JALUR BASAH BERPACET RIA

Mandalawangi, Juni yang indah ketika bunga abadi memekarkan dirinya, untuk menghiasi kesunyian taman ini. Terbangun dibawah sinar sang surya yang tertutup puncak punggungan dari sudut timur. Kami hadir kembali menembus kabut tipismu membawa semangat baru. Terdapat banyak jalur yang bisa dilewati untuk menuju Mandalawangi, Gunung Pangrango. Jalur yang paling terkenal dan tak asing lagi ditelinga kita adalah jalur dari Cibodas dan dari Gunung Putri. Pada kesempatan kali ini, team kami dengan personil tiga orang, memilih jalur lain. Dengan persiapan matang dan penuh semangat, kami lakukan pendakian melalui jalur Ciheulang. Memulai perjalanan dari Kalibata, Jakarta selatan pukul 18.00 WIB, menaiki minibus berwarna hijau dengan bentuk kotak, mengantarkan kami menuju terminal Kampung Rambutan untuk melanjutkan perjalanan dengan bus antar Provinsi. Tiba di Sukabumi pukul 03.00 WIB, kami segera mencari tempat untuk sejenak beristirahat memejamkan mata. Di sebuah pos tengah-te